BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

01 May 2009

ukhUwAh fIlLaH..




Seringkali kita terfikir dan kadangkala kita terlupa bilakah kita mula berkenal dengan sahabat kita, di manakah mulanya ukhuwah itu terjalin, dan macam-macam lagi persoalan asas mengenai bagaimana sesuatu perhubungan itu mula tercetus.
Artikel kali ini di tulis sebagai panduan untuk ikhwah wa akhwat, supaya mula mencari di mana titik mulanya sesuatu persahabatan atau ukhuwah itu terjalin. Ini kerana kebiasaannya kita tidak pernah menghargai sesuatu yang kita miliki itu sehinggalah kita sedar betapa susahnya kita mendapatkannya. Sesuatu yang saya maksudkan di sini ialah ukhuwah islamiyyah.
Bagaimanakah ukhuwah itu boleh terjalin? Ada beberapa sebab bagaimana ia bermula. Pertamanya adalah dengan mengucapkan salam dan memberikan senyuman. Melalui beberapa pengalaman saya, salam dan senyuman memang memainkan peranan penting dalam memulakan sesuatu perhubungan. Kadangkala apabila berkunjung ke masjid kerapkali kita lihat beberapa jemaah yang memang kita kenali wajahnya, pakaiannya, malahan kopiah yang di pakainya juga lekat di dalam fikiran kita. Tetapi bila di tanya lanjut namanya kita mula buntu. Seringkali juga kita mengelaskan seseorang jemaah di masjid itu berdasarkan warna bajunya, kopiahnya dan lain-lain lagi. Jadi, ikhwah wa akhwat, mulakanlah perhubungan dengan salam dan senyuman. Biarpun kita jarang-jarang senyum, mahu atau tidak kita kerapkali tunduk atau kalah dengan senyuman atau salam orang lain.
Sabda Rasulullah SAW,
“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makan, jalinlah hubungan kekerabatan, dan kerjakanlah sholat di waktu malam ketika orang-orang sedang tidur, nescaya kalian akan masuk syurga dengan damai”
* Hadith shohih di riwayatkan oleh Imam Ahmad (23272), Tirmidzi (2485), Ibnu Majah (3251) dan Darimi (1460) dari Abdulloh bin Salam. Lihat Al-Misykat (1907)
Bagi umat Islam, kita tidak payah menggantikan ucapan salam kita dengan pelbagai bentuk salam mengikut waktu yang berbeza-beza. Ahlan, kaifa ashbahta, ahlan wa sahlan, atau shobahu’l khoir adalah contoh bentuk salam yang kerapkali di gunakan. Memadailah dengan ucapan “Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” (Semoga kedamaian, rahmat Allah dan barkahnya tercurah atas kalian).
Ikhwah wa akhwat yang di rahmati Allah.
Senyuman juga adalah satu pelengkap kepada salam yang di ucapkan. Salam yang di iringi dengan senyuman bakal mempamerkan keikhlasan si pemberi salam.
Sabda Rasulullah SAW,
“Senyum yang engkau berikan kepada saudaramu adalah sedekah”
* Hadith shohih di riwayatkan oleh Tirmidzi (1956), dan Ibnu Hibban (529) dari sahabat Abu Dzar. Lihat Al-Misykat (1911)
Selain daripada itu, ukhuwah juga boleh terjalin dengan mendoakan saudara kita dari kejauhan tanpa pengetahuan orang yang di doakan. Ini adalah kerana sebaik-baik doa untuk saudara kita adalah doa yang kita panjatkan tanpa sepengetahuan dirinya atau sebaliknya.
Besarnya pahala kita mendoakan saudara kita adalah sama pahalanya seperti orang yang di doakan. Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata kepada putara Imam Syafii setelah Imam Syafii meninggal dunia, “Ayahmu termasuk tujuh orang yang aku doakan pada waktu sahur”.
Ketahuilah bahawa jika engkau mendoakan saudaramu sesame muslim, maka akan ada seorang malaikat yang berkata, “Dan engkau juga mendapatkan pahala yang sama.”
Ikhwah wa akhwat yang dirahmati Allah,
Hadith shohih ada menyebutkan,
“Bahawa ada seorang yang mengunjungi saudaranya di negeri lain. Lalu Allah mengutus seorang malaikat untuk mengikuti orang tersebut. Ketika malaikat ini sudah bertemu dengannya ia berkata kepadanya, “Kemana engkau hendak pergi?” Ia menjawab, “Aku ingin mengunjungi saudaraku di negeri itu.” Malaikat bertanya lagi, “Apakah kerana engkau memiliki harta yang di urusolehnya?” Ia menjawab, “Tidak, tapi aku mencintainya tidak lain kerana Allah.” Malaikat itu berkata, “Ketahuilah bahwa sebenarnya aku ini adalah utusan Allah untuk menyampaikan kabar kepadamu bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu.”
* Diriwayatkan oleh Muslim (2567) dari Abu Hurairah.
Maka di sini dapat di simpulkan bahawa mengunjungi saudara kerana Allah menjadi antara sebab bagaimana ukhuwah itu mampu terjalin dan di perkukuhkan. Ini termasuklah menziarahi saudara yang sakit atau uzur.
Sabda Rasulullah SAW,
“Barangsiapa mengunjungi orang yang sakit, maka ia senantiasa berada di kebun buah surga yang siap di petik sehingga ia pulang.”
* Diriwayatkan oleh Muslim(2568) dari Tsauban.
Tahukah kita ikhwah wa akhwat yang di rahmati Allah, akan menjalin silaturrahim adalah antara amalan yang paling agung yang akan menambah umur dan memberkahi hidup ini. Manakala tahukah juga kita akan amalan yang bisa mengeruhkan hidup, mengotori kecintaan dan mengeraskan hati dan menyia-nyiakan hidup adalah memutuskan silaturrahim?
Oleh itu ikhwah wa akhwat, sama-samalah kita menjaga silaturrahim yang terjalin. Tidak kiralah bagaimana rupanya atau apakah fikrahnya silaturrahim itu wajib di pelihara.
Dalam satu riwayat, seseorang datang menghadap Rasulullah SAW, seraya berkata “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya punya kerabat yang selalu aku hubungi, namun mereka memutuskan hubungan denganku. Aku selalu berbuat baik kepada mereka, namun mereka justeru berbuat buruk kepada terhadapku. Aku bersikap sabar terhadap mereka, namun mereka berbuat jahil terhadapku. Lalu apa yang mesti aku lakukan?”
Rasulullah menjawab, “Jika apa yang engkau katakan itu benar, maka seakan-akan engkau sedang memberi makan abu panas kepada mereka. Engkau akan selalu mendapat seorang penolong dari Allah selama engkau berbuat seperti itu.”
* Diriwayatkan oleh Muslim (2558) dari Abu Hurairah
Selain daripada itu antara elemen yang penting dalam ukhuwah islamiyyah adalah memberi maaf. Pentingnya memberi maaf ini adalah kerana dengan memberi maaf sesuatu ukhuwah itu mampu di perbaiki, malahan tidak keterlaluan jika di katakan memberi maaf mampu menjalin ukhuwah. Sebagaimana Ibnu Katsir dan ahli sejarah yang lain mengatakan bahwa Ibnu Zubair memiliki sebuah ladang di kota Madinah, sedangkan Mu’awiyah memiliki ladang juga di samping ladang milik Ibnu Zubair.
Para pegawai Mu’awiyah memasuki ladang Ibnu Zubair sehingga menyebabkannya marah dan menulis surat kepada Mu’awiyah dengan mengatakan, “Wahai Ibnu Akitilatil Akbad (anak pemagsa hati manusia)! Engkau mahu mencegah para pegawaimu dari memasuki ladangku, atau pilih berurusan denganku?!”
Mu’awiyah membaca surat itu, yang ternyata berisi amarah dari seorang rakyat biasa sedangkan ia adalah seorang raja. Ia berkata kepada putranya yaitu Yazid, “Bagaimana pendapatmu?”
Yazid menjawab, “Menurutku engkau kirimkan saja pasukan perang yang di pangkalnya berada di Madinah sedangkan hujungnya berada di sisi paduka, sehingga mereka akan membawanya ke hadapanmu!”
Mu’awiyah berkata, “Tidak! Aku justeru akan lebih mendekatkan hubungan tali silaturrahim dengannya!”
Akhirnya Mu’awiyah menulis surat kepada Ibnu Zubair, “dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan kepada putra dari pengikut setia Rasulullah SAW dan putra dari wanita pemilik dua ikat pinggang. Assalmualaikum wa rahmatullohi wa barakatuh. Amma ba’d. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak di ibadahi kecuali Dia. Jika yang menjadi persoalan antara diriku denganmu adalah persoalan dunia, maka tentu sangat sepele bagiku. Maka jika suratku ini sudah sampai kepadamu,ambillah seua pekerjaku berikut ladangnya!”
Setelah membaca isi surat itu, Ibnu Zubair pun menangis hingga surat itu basah oleh air matanya. Ia pun berangkat ke Damaskus dan mencium kepala Mu’awiyah seraya berkata, “Sehingga Allah mengekalkanmu dengan kecerdasan akal yang engkau miliki, sebagai seorang Quroisy yang menduduki jabatan (kholifah) ini.”
Kita lihat bagaimana dari kisah tersebut, perbuatan memberi maaf itu dapat menjalin ukhuwah.
Firman Allah SWT,
“Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (3:134)
Sesiapa saja mahu memaafkan tindakan kedzaliman yang di lakukan oleh seseorang terhadap dirinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya kemuliaan dan keperkasaan di dunia dan di akhirat.
Oleh itu ikhwah wa akhwat, jaga dan peliharalah seta suburkanlah ikatan ukhuwah yang telah terbina. Jangan sesekali kita memutuskan tali silaturrahim yang telah terjalin. Dan yang paling utama, berkasihlah semata-mata kerana Allah SWT.

http://www.zikrulmaut.wordpress.com/
http://www.halaqahbyu.multiply.com/

0 comments: